We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Ruang Untukmu

Bab 631
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 631

Saat Tasya mendengar mereka mendiskusikan gadis lain, dia tetap mendengarkannya dengan tenang. Dia

menganggap bahwa seorang gadis yang dibesarkan dalam Keluarga Prapanca pasti akan menjadi individu yang

luar biasa. Setelah Tasya lebih mengenal Keluarga Prapanca, dia menyadari bahwa mereka mempertahankan

hierarki keluarga dengan sangat ketat dan mementingkan pendidikan anak-anak mereka.

Pada saat yang sama, seorang gadis berpakaian modis dan elegan berjalan masuk dari arah pintu samping.

Tasya menoleh dan melihat gadis itu. Dia sangat cantik dan anggun.

“Wow! Luna sudah banyak berubah. Dia menjadi sangat cantik,” seru seseorang.

“Keluarga Prapanca memang penuh dengan keindahan.”

Luna melirik gadis di sebelah Hana. Dia adalah wanita yang akan dinikahi Elan. Dia mengenakan gaun sederhana,

tetapi dia terlihat cukup elegan. Rambut hitamnya yang indah disisir ke samping dan menonjolkan fitur wajah

halusnya. Matanya pun cukup indah dan menarik.

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Gadis yang akan dinikahi Elan memang sangat memukau. Kini, perasaan Luna mulai campur aduk.

“Saya minta maaf karena datang terlambat,” ucap Luna pada semuanya, lalu menuju ke arah Hana. “Nenek.”

“Luna, kamu telah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Ayo duduk di samping Nenek.” Kebetulan ada tempat

kosong lagi di sebelah Hana. Luna pun duduk di sebelah Hana dan menyapa Tasya. “Senang bertemu denganmu,

Nyonya Prapanca. Saya Luna.”

“Senang bertemu denganmu,” Tasya menyapa Luna sambil tersenyum.

“Lihatlah mereka. Dengan hadirnya dua wanita cantik ini, kita tidak berarti apa-apa di sebelah mereka,” kata salah

satu wanita sambil tersenyum.

Semuanya langsung tertawa sementara Tasya dan Luna menunjukkan ekspresi malu-malu.

Kemudian, suasana disana terasa hangat dan akrab. Ketika semua orang mengobrol tentang masa lalu, tiba- tiba,

seseorang berkata, “Saya ingat Luna dan Elan sangat dekat ketika mereka masih kecil. Dia selalu membuntuti Elan

setiap hari!”

Luna menjawab dengan ramah, “Itu adalah masa lalu ketika kami masih anak-anak. Saya tidak mengingatnya lagi.”

“Ya. Luna adalah anak yang cukup lincah ketika dia masih kecil,” tambah Kaila.

Wanita yang mengangkat topik itu tiba-tiba tersadar lalu melirik ke arah Tasya dengan cemas. Dia mengangkat

cangkir tehnya dan tersenyum canggung. “Saya hanya membicarakannya sepintas.”

Hana langsung mencoba mencairkan suasana. “Elan selalu menganggap Luna sebagai adik perempuannya karena

dia begitu kesepian ketika dia masih kecil.”

Tasya menyadari bahwa mereka sengaja menghindari topik ini karena takut dirinya akan memikirkan hal ini.

Seingatnya, ayah Luna adalah salah satu keturunan jauh dari garis keturunan Keluarga Prapanca, dan mereka

adalah keluarga yang cukup kaya. Meski demikian, secara logis, Luna sama sekali tidak memiliki hubungan darah

dengan garis ketunuman Hana dari Prapanca meskipun Luna dan Haria memiliki nama belakang yang

sama.

Dengan demikian, ini menjadi topik yang cukup sensitif.

“Saya dengar pengiring pengantin dalam pernikahan adalah beberapa gadis yang lebih muda dalam keluarga.

Sayang sekali, saya tidak kembali pada waktunya untuk menjadi salah satu pengiring pengantin,” kata Luna cukup

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

menyesal.

“Tidak apa-apa kamu tidak menjadi salah satu pengiring pengantin, kamu masih bisa bergabung pada saat

pelemparan buket pengantin. Nenek ingin sekali menghadiri perayaan pernikahanmu setelah ini.” Hana

menghiburnya.

Pada saat itu, semua orang mulai menimpali, “Ya! Kami semua menantikan pernikahanmu.”

Saat ini, Tasya ingin pergi ke toilet. Luna pun langsung bangkit dan berkata, “Nyonya Prapanca, saya akan

menemanimu.”

“Tentu, ayo.” Tasya dan Luna pergi bersama ke arah toilet.

Kemudian Luna melihat ada sehelai daun yang jatuh di rambut Tasya, dan dia langsung berseru, “Nyonya Prapanca,

tunggu sebentar. Ada sehelai daun yang jatuh di rambutmu.”

Tasya menghentikan langkahnya, dan Luna dengan lembut mengulurkan tangan untuk menyingkirkan daun dari

rambut Tasya. “Sudah! Saya sudah membuang daunnya.”

“Terima kasih.” Tasya cukup berterima kasih atas bantuan tersebut.

“Sama-sama. Kamu adalah nyonya muda dari seluruh Keluarga Prapanca dan semua orang menghormatimu. Jadi,

saya juga harus menghormatimu.” Luna menatap Tasya dengan tulus.

Tasya tahu aturan Keluarga Prapanca itu, dan dia awalnya cukup heran dengan itu. Namun, akhirnya, dia

menerima semua ini sekarang.