We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Ruang Untukmu

Bab 364
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Ruang Untukmu 

Bab 364 

“Lakukan, Roy!” perintah Elan. 

“Pak Elan ... ” Roy hanya bisa bergumam. 

Lagi pula, 50% saham Perusahaan Prapanca merupakan aset yang sangat besar. Setelah mentransfer sejumlah itu,

pria itu meyakini sebesar apa masalah yang akan dihadapi oleh atasannya itu. 

Sementara itu, Elan tiba–tiba berbalik dengan mata merah sambil mengucapkan, “Aku menyuruhmu

melakukannya!” 

Dari tatapan pria itu, Roy bisa melihat kalau 50% saham bukanlah apa–apa dibandingkan dengan nyawa Tasya.

Mengingat dia harus menuruti perintah Elan, Roy buru–buru kembali ke mobil, mengambil laptopnya, dan mulai

menjalankan prosedur. 

Ketika Tasya memandang Elan, wanita itu bisa melihat kegugupan dan kekhawatiran terpancar dari mata si pria.

Bahkan, pria itu tidak memedulikan kalau dia menyerahkan setengah saham Perusahaan Prapanca kepada orang

yang paling dia benci. Rully sudah menyebabkan kematian orang tuanya, tetapi demi menyelamatkan Tasya, Elan

menyetujui permintaan Rully yang tidak masuk akal dengan sukarela. 

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Saat dia menutup matanya, Tasya mengingat gerakan bela diri yang sudah dia pelajari sebelumnya. Meskipun dia

belum pernah mempraktikkannya sebelumnya, dia pikir itu perlu dicoba. Lagi pula, dia tidak bisa membiarkan Elan

mentransfer saham perusahaan begitu saja! 

Sementara itu, Rully melirik wanita yang dia ancam dan dia menatap wajah pucat Tasya tatkala wanita itu

memejamkan mata. Pria itu menurunkan kewaspadaannya ketika dia melihat selemah apa si wanita. Kemudian, dia

mengalihkan pandangannya ke laptop Roy. Rully mau segera melihat dokumen hukum pengalihan saham tersebut

karena dia tidak pernah menyangka Tasya akan bernilai sebanyak itu. Bahkan, dia pernah meremehkan sepenting

apa Tasya di hati Elan. 

Saat ini, Roy mengetuk kibor dan mengangkat kepalanya, dia mengumumkan, “Sudah selesai.” 

Mendengar itu, Rully menjadi bersemangat. Sementara itu, Tasya menarik napas dalam–dalam dan mencengkeram

tangan Rully dengan keras sebelum memukul lengan pria itu dengan sikunya saat dia merasakan pisau di lehernya

mengendur. Begitu pisau itu terdorong sekitar 30 derajat dari lehernya, wanita itu segera memutar kepalanya dan

merunduk untuk melepaskan diri dari cengkeraman pria 

itu. Namun, saat dia merunduk, dia merasakan luka tajam di telinganya. 

Dia tidak tahu kapan Elan memperhatikannya berjuang, tetapi pria itu merasa jantungnya berhenti selama

beberapa detik ketika dia melihat apa yang baru saja wanita itu lakukan. Dengan secepat kilat, pria itu

mengulurkan lengannya dan memeluknya mengarah ke dadanya. Di saat yang sama, pria itu menggeram dengan

suara rendah, “Apa kamu sudalı gila?” 

Dikarenakan rasa sakit, Tasya memegang telinganya dengan tangannya. Si wanita beruntung telinganya hanya

mengalami luka ringan dan lukanya tidak terlalu serius. Orang–orang di sekitar mereka mendadak terlihat bergerak

di saat yang bersamaan. l‘ara pengawal Elan dan bawahan Rully terlibat perkelahian yang kacau balau. 

“Beri aku sahamnya! Beri aku kontraknya!” 

Seperti orang gila, Rully bergegas menuju Roy. Apa yang dia pedulikan hanyalah transfer kontrak saham dan dia

berniat merebut laptop Roy. Namun, hal yang mengecewakannya adalah Roy itu petarung yang baik. Pemuda itu

menendang Rully 

dan mencengkeram laptopnya dengna kedua tangan. Melihat itu, Rully berteriak seperti orang gila, “Berikan

laptopnya! B–Berikan ekpadaku!” 

Sementara itu, Elan membiarkan pengawalnya menangani perkelahian tatkalala dia membawa Tasya keluar dari

tempat kejadian. Dia mengambil kotak P3K dari mobil 

dan menggunakan kasa medis untuk menghentikan pendarahan di telinga si wanita. Di saat yang sama, badan si

pria gemetar tatkala dia berkata, “Kamu tidak diizinkan melakukan itu lagi.” 

Itu bukan peringatan, tetapi perintah. Pria itu hampir menderita serangan jantung saat dia melihat apa yang terjadi

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

sebelumnya. Namun, Tasya yang terlihat rapuh, tetapi kuat tatkala dia duduk di jok belakang mobil. Si wanita

terlihat lemah secara fisik, tetapi tatapan dan mentalnya menunjukkan kalau dia bertekad dan kuat. Tasya juga

ketakutan, tetapi sebuah pikiran tiba–tiba muncul di benaknya saat itu. Wanita itu tidak akan berutang lagi kepada

Elan. Kalau si wanita membiarkan Elan mentransfer 50% saham Perusahaan Prapanca, dia tidak akan pernah bisa

membayar utang sebesar itu dalam hidup ini. 

“Pamanmu adalah orang yang menculikmu dan ibuku juga terbunuh di tangannya, jadi kamu tidak bisa

membiarkannya melarikan diri.” 

Tasya menatap Elan dan meraih lengannya Air mata mengalir di mata wanita itu saat dia memohon, “Bawa dia ke

kantor polisi dan buat dia membayar kejahatan yang sudah dia lakukan.” 

Sebenarnya, Elan punya firasat kalau Rully yang menculiknya saat itu, tetapi dia tidak bisa menemukan pelaku

sebenarnya karena dia masih muda saat itu sekalipun sudah menyelidiki bertahun–tahun. 

“Baiklah, aku akan membawanya ke polisi dan membuka kembali kasus kematian ibumu,” kata Elan sambil

mengangguk. 

Dia berpikir kalau Tasya akan takut dan menangis di pelukannya setelah dia membantunya membalut telinganya

yang terluka.

 

Previous Chapter

Next Chapter