We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Menantu Dewa Obat

Bab 890
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 890

Kodok itu mendarat di lantai di dekatnya dan anggota keluarga Permana itu menjerit dengan sangat menyayat hati.

Semua orang melihatnya dengan seksama dan mendapati bahwa tangan yang tadi digunakan untuk menangkis si

kodok tersebut sudah menjadi hitam dan warna hitam itu mulai menyebar ke seluruh tubuhnya dalam sekejap mata

saja.

Anthony langsung berkata dengan panik, “Adik ketujuh terkena racun!”

“Master, cepat selamatkan dia!”

Ekspresi Aciel tampak dingin: “Tidak bisa diselamatkan.‘

“Seorang dewa sekalipun tidak akan dapat menyelamatkannya setelah dia menyentuh serangga sihir roh aku

tersebut!”

Pria itu jatuh ke lantai, mulutnya berbusa dan kejang – kejang. Seketika itu juga dia langsung tak bernafas

lagi.

Ekspresi semua orang langsung berubah. Secara spontan mereka langsung mundur dan tidak ada satupun yang

berani dekat dekat dengan kodok itu lagi.

Aciel menatap Reva lalu mendengus dingin, “Nak, kau bisa berlutut dan memohon ampun sekarang, mungkin aku

masih mau mengampunimu!”

“Kalau tidak, begitu serangga sihir aku nantinya mendarat di tubuhmu maka rasa sakitnya itu.. hmm, pastii tak

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

akan bisa kau lupakan untuk selamanya!”

Reva mencebikkan bibirnya, “Kau benar – benar sangat cerewet!”

“Kenapa tidak kau saja yang berlutut dan memohon ampun kepadaku?”

Aciel sangat marah. Dengan satu geraman dia memerintahkan kodok itu untuk menyerang lagi.

Kodok itu berjongkok di lantai sambil menatap lekat – lekat kepada Reva lalu mengeluarkan suara “wrebek”

lagi.

Dengan tenang Reva mengeluarkan sebuah botol porselen dari balik tubuhnya.

Lalu Reva membuka botol porselen itu dan kelabang yang berwarna warni pun keluar dari dalam botol itu!

Aciel meliriknya lalu dengan terkejut berkata, “Ini kelabang ular?!”

“Kau dapat darimana barang ini?”

“Kau juga memelihara serangga sihir?”

Reva: “Aku tidak akan mau melakukan hal menjijikkan seperti itu.”

“Ini hanya sekumpulan serangga kecil yang tidak sengaja aku dapatkan.”

“Aku juga tidak tahu apakah serangga sihir roh–mu itu bisa mengalahkan serangga kecil ini!”

Aciel menatap Reva sejenak lalu melihat bahwa sepertinya dia bukan orang yang bisa memelihara serangga sihir

kemudian ekspresinya menjadi dingin lagi.

“Sepertinya orang orang dari 72 sekte ini berada di belakangmu dan sangat mendukungmu.”

“Pantas saja kau sangat jelas dengan masalah suku Maui kami!”

“Hmm, kendati demikian kau bisa apa?”

“Kelabar ular dan kodok beracun sama sekali tidak berada pada level yang sama.”

“Apa kau ingin menyediakan makan malam untuk kodok beracunku dengan mengeluarkan serangga mungil

seperti itu?”

Aciel tertawa dengan suara aneh lalu meraung lagi, setelah itu si kodok langsung menatap ke kelabang berwarna

warni yang ada di lantai.

Kelabang berwarna–warni itu juga sedang mengawasi si kodok beracun. Sambil berjalan perlahan di lantai mereka

menatap kodok itu.

Namun kodok itu sama sekali tidak bergerak. Begitu melihat kelabang berwarna warni itu mendekatinya, si kodok

langsung membuka mulutnya dan lidahnya yang panjang langsung menggulung kelabang warna – warni itu ke

dalam mulutnya.

Melihat hal ini, Aciel langsung tertawa terbahak- bahak lagi: “Kau hanya mempermalukan dirimu sendiri!”

“Nak, sepertinya orang–orang di belakangmu juga tidak terlalu hebat!”

“Hari ini aku akan membuat kau membayar kesombonganmu!”

Setelah menerima perintah dari Aciel, si kodok langsung mengarahkan tatapannya kepada Reva dan hendak

melompat.

Namun tiba–tiba dia seolah diserang oleh sesuatu dan langsung jatuh ke lantai. Kodok itu bergulingan di

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

tempat.

Sambil mengeluarkan suara “wrebek” yang melengking seolah–olah sedang menderita sakit yang sangat

luar biasa.

Aciel tercengang. Dia belum pernah bertemu dengan situasi seperti ini.

Apa yang terjadi dengan serangga sihir rohnya itu?

Saat dia masih bertanya – tanya dengan heran, si kodok sudah terjatuh ke lantai dan tak bergerak lagi.

Di perutnya tampak ada lubang kecil.

Kelabang warna – warni yang baru saja ditelannya itu menggigit perutnya dan merangkak keluar.

Setelah itu si kelabang warna–warni mengelilingi kodok itu dua kali lalu menerkamnya dan mulai melahap

kodok tersebut.

Mata Aciel membelalak dengan tak percaya.

“Bagaimana mungkin?”

“Bagaimana mungkin?”

“Kelabang ular tidak akan mungkin menang melawan kodok beracun!”

“Setelah ditelan kodok beracun, dia pasti akan mati karena racun dari kodok beracun–ku ini. Bagaimana mungkin

dia bisa melawannya?”

“Apa… apa yang terjadi dengan kelabang ular ini?”

Reva tampak tenang. “Aciel, sepertinya serangga sihir roh–mu ini juga tidak ada apa

apanya!”

Aciel terdiam untuk beberapa saat lalu tiba–tiba matanya melebar dan menatap lurus kepada Reva: “Kau… kau

sudah bertemu dengannya?“