We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Menantu Dewa Obat

Bab 1105
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Menantu Dewa Obat

Bab 1105

Axel tidak menyangka bahwa sifat manajer Moore ini begitu keras.

Dia langsung marah, “Kau bilang siapa tua bangka?”

Manajer Moore: “Aku bilang kau!”

“Eh tua bangka, memangnya aku masih tidak tahu isi hatimu?”

“Kau sengaja mencari saudara jauhku agar bisa memaksa aku untuk menyewakan tokonya kepadamu, kan?”

“Biar aku kasih tahu yah, itu sama sekali tidak mungkin!”

“Asalkan masih ada aku disini, jangan harap kau bisa masuk ke Silverlight Mall kami!”

Axel dan Alina sangat marah sekali, “Tidak bisa masuk juga tidak apa hebatnya?”

apa, memangnya apa

“Meskipun kami tidak diijinkan masuk juga, kau… kau tidak perlu menghina kami dengan cara seperti ini?”

Manajer Moore mendengus dingin: “Ini salah kalian sendiri!”

“Tadi pagi aku sudah mengatakannya dengan jelas, aku bilang kalian tidak perlu memikirkannya lagi tetapi kalian

sendiri yang bersikeras untuk datang kesini untuk dipermalukan. Memangnya ini salah aku?”

“Aku bilang, cepat kalian enyah dari sini!”

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

“Kalau tidak, aku akan menyuruh satpam untuk melempar kalian keluar!”

Axel menjadi sangat marah sekali: “Coba saja kalau kau berani panggil satpam – satpam–mu itu!”

“Aku tak percaya kalau di dunia ini masih ada orang yang tak waras!”

Manajer Moore langsung meraih teleponnya: “Ada orang yang mengacau disini, panggil satpam kemari!”

Tidak lama kemudian sekelompok satpam pun datang.

Manajer Robert melambaikan tangannya, “Seret dan lempar mereka semua yang mengacau ini keluar!”

Para satpam itu langsung menghampiri dan Axel menjadi panik, “Tunggu sebentar!” “Biar aku kasih tahu yah,

menantuku sangat akrab dengan Lord Tiger, kalau kau berani menyentuhku, me… menantuku pasti tidak akan

mengampunimu!”

Manajer Moore tertegun sejenak, dia pernah mendengar tentang nama Lord Tiger.

1/3

“Lord Tiger si penguasa Jalan Selatan?”

“Hei dasar tua bangka, berani sekali kau menggunakan nama Lord Tiger untuk menakut – nakuti orang!”

“Biar aku kasih tahu yah, akulah orang yang benar–benar kenal dengan Lord Tiger!”

“Apa kau ingin aku menelepon Lord Tiger untuk membuktikannya?”

Tantang manajer Moore.

Axel sangat marah sekali: “Siapa yang menggunakan namanya untuk menakuti orang?”

“Menantuku memang benar–benar kenal dengannya!”

Manajer Moore: “Kau benar–benar tidak mau mengaku kalau belum kena batunya yah!”

“Oke, kau tunggu yah, aku akan telepon si Lord Tiger sekarang.”

“Biar aku kasih tahu yah, kalau Lord Tiger bilang dia tidak kenal denganmu, awas saja kau!”

Lalu sambil mendengus dingin, si manajer Moore mengambil teleponnya untuk menelepon Tiger.

Setelah menelepon beberapa kali pun panggilan teleponnya tidak dijawab.

Manajer Moore mengibaskan tangannya, “Mungkin sedang sibuk.”

“Sudahlah, tak perlu banyak omong lagi, langsung seret dan lemparkan mereka keluar saja!”

Dengan cepat para satpam itu langsung hendak bergerak, dan Alina menjadi panik, “Tung sebentar, aku… aku

akan menyuruh menantuku datang kesini.”

“Aku akan menyuruh dia untuk menelepon Lord Tiger, oke?”

Manajer Moore mengernyitkan keningnya: “Kalian ini benar–benar keras kepala yah?”

“Oke, kalau begitu aku akan tunggu disini.”

“Aku mau lihat, apa kalian bisa memanggil Lord Tiger kesini hari ini!”

Dengan cepat Alina mengeluarkan ponselnya dan menelepon Reva.

Segera setelah situasinya Alina jelaskan kepada Reva lalu Reva langsung berkata, “Ma, jangan panik, serahkan

masalahnya kepadaku!”

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Setelah menutup ponselnya, Alina baru menghela nafas lega.

Entah mengapa, setelah Reva menjawabnya seperti itu, dia selalu merasa sangat tenang dan lega.

Manajer Moore menyilangkan kakinya dan bertanya, “Bagaimana?”

פוח

“Apa yang menantumu itu katakan?”

“Jangan bilang kalau Tiger tidak menjawab panggilan teleponnya!”

Saat dia berbicara, tiba–tiba telepon di atas mejanya berdering.

Manajer Moore terkejut saat melihat nomor ID si peneleponnya.

Dia langsung meraih telepon itu dengan terburu–buru dan sambil tertawa: “Lord Tiger, halo, aku…”

Tiger langsung menyela ucapannya: “Tutup mulutmu, keparat!”

“Aku kasih tahu yah, yang sekarang berdiri di depanmu itu adalah papa dan mama mertua dari bosku.”

“Sekarang cepat kau berlutut di lantai dan minta maaf kepada mereka.”

“Kalau mereka belum memaafkanmu hingga aku sampai di sana maka aku sendiri yang akan melemparkanmu

keluar dari atas gedung Silverlight Mall. Kau selesaikan masalah ini sendiri!”

Setelah berbicara, Tiger langsung menutup panggilan teleponnya.

Di sisi ini, manajer Moore langsung tercengang.

Setelah beberapa saat, dia langsung membanting teleponnya dan berlur tante, paman Esteban aku… aku tahu aku

sudah bersalah…”